Jumat, 24 Mei 2013

pengkabelan jaringan komputer

Teknik Pengkabelan Jaringan Komputer

1.aturan pengklabelan

Desain LAN
1.1 Metode Perencanaan LAN
Sekarang kita akan membahas bagaimana merencanakan suatu LAN yang baik. Tujuan utamanya untuk merancang LAN yang memenuhi kebutuhan pengguna saat ini dan dapat dikembangkan di masa yang akan datang sejalan dengan peningkatan kebutuhan jaringan yang lebih besar.
Desain sebuah LAN meliputi perencanaan secara fisik dan logic . Perencanaan fisik meliputi media yang digunakan bersama dan infrastruktur LAN yakni pengkabelan sebagai jalur fisik komunikasi setiap devais jaringan. Infrastruktur yang dirancang dengan baik cukup fleksibel untuk memenuhi kebutuhan sekarang dan masa datang.
Metode perencanaan LAN meliputi :
§ Seorang administrator network yang bertanggung jawab terhadap jaringan.
§ Pengalokasian IP address dengan subnetting.
§ Peta letak komputer dari LAN dan topologi yang hendak kita gunakan.
§ Persiapan fisik yang meliputi pengkabelan dan peralatan lainnya.
Di antara hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan LAN adalah lokasi fisik itu sendiri. Peta atau cetak biru bangunan-bangunan yang akan dihubungkan serta informasi jalur kabel (conduit) yang ada dan menghubungkan bangunan-bangunan tersebut sangat diperlukan. Jika peta seperti ini tidak ada maka perlu digambarkan peta dengan cara merunut kabel-kabel yang ada. Secara umum dapat diasumsikan bahwa pengkabelan yang menghubungkan bangunan-bangunan atau yang melewati tempat terbuka harus terdapat di dalam conduit. Seorang manajer jaringan harus menghubungi manajer bangunan untuk mengetahui aturan-aturan pengkabelan ini sebab manajer bangunan yang mengetahui dan bertanggung jawab atas bangunan tersebut. Pada setiap lokasi (yang dapat terdiri dari beberapa bangunan) harus ditunjuk seorang manajer jaringan. Manajer jaringan harus mengetahui semua konfigurasi jaringan dan pengkabelan pada lokasi yang menjadi tanggung jawabnya. Pada awalnya tugas ini hanya memakan waktu sedikit. Namun sejalan dengan perkembangan jaringan menjadi lebih kompleks, tugas ini berubah menjadi tugas yang berat. Jadi sebaiknya dipilih orang yang betul-betul berminat dan mau terlibat dalam perkembangan jaringan.
2.2 Pengalokasian IP Address
Bagian ini memegang peranan yang sangat penting karena meliputi perencanaan jumlah network yang akan dibuat dan alokasi IP address untuk tiap network. Kita harus membuat subnetting yang tepat untuk keseluruhan jaringan dengan mempertimbangkan kemungkinan perkembangan jaringan di masa yang akan datang. Sebagai contoh, ITB mendapat alokasi IP addres dari INTERNIC (http://www.internic.net) untuk kelas B yaitu 167.205.xxx.xxx. Jika diimplementasikan dalam suatu jaringan saja (flat), maka dengan IP Address ini kita hanya dapat membuat satu network dengan kapasitas lebih dari 65.000 host. Karena letak fisik jaringan tersebar (dalam beberapa departemen dan laboratorium) dan tingkat kongesti yang akan sangat tinggi, tidak mungkin menghubungkan seluruh komputer dalam kampus ITB hanya dengan menggunakan satu buah jaringan saja (flat). Maka dilakukan pembagian jaringan sesuai letak fisiknya. Pembagian ini tidak hanya pada level fisik (media) saja, namun juga pada level logik (network layer), yakni pada tingkat IP address.. Pembagian pada level network membutuhkan segmentasi pada IP Address yang akan digunakan. Untuk itu, dilakukan proses pendelegasian IP Address kepada masing-masing jurusan, laboratorium dan lembaga lain yang memiliki LAN dan akan diintegrasikan dalam suatu jaringan kampus yang besar. Misalkan dilakukan pembagian IP kelas B sebagai berikut :
§ IP address 167.205.1.xxx dialokasikan untuk cadangan
§ IP address 167.205.2.xxx dialokasikan untuk departemen A
§ IP address 167.205.3.xxx dialokasikan untuk departemen B
§ Ip address 167.205.4.xxx dialokasikan untuk unit X
§ dsb.
Pembagian ini didasari oleh jumlah komputer yang terdapat pada suatu jurusan dan prediksi peningkatan populasinya untuk beberapa tahun kemudian. Hal ini dilakukan semata-mata karena IP Address bersifat terbatas, sehingga pemanfaatannya harus diusahakan seefisien mungkin.
Jika seorang administrator di salah satu departemen mendapat alokasi IP addres 167.205.48.xxx, maka alokasi ini akan setara dengan sebuah IP address kelas C karena dengan IP ini kita hanya dapat membentuk satu jaringan berkapasitas 256 host yakni dari 167.205.9.0 sampai 167.205.9.255.
Dalam pembagian ini, seorang network administrator di suatu lembaga mendapat alokasi IP Address 167.205.9.xxx. Alokasi ini setara dengan satu buah kelas C karena sama-sama memiliki kapasitas 256 IP Address, yakni dari 167.205.9.0 sampai dengan 167.205.9.255. Misalkan dalam melakukan instalasi jaringan, ia dihadapkan pada permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
§ Dibutuhkan kira-kira 7 buah LAN.
§ Setiap LAN memiliki kurang dari 30 komputer.
Berdasarkan fakta tersebut, ia membagi 256 buah IP address itu menjadi 8 segmen. Karena pembagian ini berbasis bilangan biner, pembagian hanya dapat dilakukan untuk kelipatan pangkat 2, yakni dibagi 2, dibagi 4, 8, 16, 32 dst. Jika kita tinjau secara biner, maka kita mendapatkan :
Jumlah bit host dari subnet 167.205.9.xxx adalah 8 bit (segmen terakhir). Jika hanya akan diimplementasikan menjadi satu jaringan, maka jaringan tersebut dapat menampung sekitar 256 host.
Jika ia ingin membagi menjadi 2 segmen, maka bit pertama dari 8 bit segmen terakhir IP Address di tutup (mask) menjadi bit network, sehingga masking keseluruhan menjadi 24 + 1 = 25 bit. Bit untuk host menjadi 7 bit. Ia memperoleh 2 buah sub network, dengan kapasitas masing-masing subnet 128 host. Subnet pertama akan menggunakan IP Address dari 167.205.9.(0-127), sedangkan subnet kedua akan menggunakan IP Address 167.205.9.(128-255).

Tabel Pembagian 256 IP Address menjadi 2 segmen
Karena ia ingin membagi menjadi 8 segmen, maka ia harus mengambil 3 bit pertama ( 23 = 8) dari 8 bit segmen terakhir IP Address untuk di tutup (mask) menjadi bit network, sehingga masking keseluruhan menjadi 24 + 3 = 27 bit. Bit untuk host menjadi 5 bit. Dengan masking ini, ia memperoleh 8 buah sub network, dengan kapasitas masing-masing subnet 32 (=25) host. Ilustrasinya dapat dilihat pada Tabel 2-4 berikut :

Studi Kasus :
Anda sebagai penanggungjawab jaringan di suatu kantor yang mempunyai 3 buah departemen mendapat alokasi IP dari suatu ISP (Internet Service Provider) 167.205.9.10xxxxxx (8 bit terakhir adalah biner). Jika jumlah host tiap-tiap departemen diperkirakan tidak lebih dari 13 buah dan masing masing departemen akan dibuat jaringan lokal (LAN) tersendiri, coba anda tentukan :( semua host mendapat alokasi IP asli)
§ Subnet yang harus dibuat
§ Network address
§ Broadcast address
Penyelesaian :
§ Subnet yang harus dibuat adalah : 11111111.11111111.11111111.11110000 atau 255.255.255.240.
§ Terdapat network address sbb :
167.205.9.10000000
167.205.9.10010000
167.205.9.10100000
167.205.9.10110000
§ Terdapat broadcast address sbb:
167.205.9.10001111 = 167.205.9.143
167.205.9.10011111 = 167.205.9.159
167.205.9.10101111 = 167.205.9.175
167.205.9.10111111 = 167.205.9.191
Local Area Network (LAN)
Terdapat sejumlah perangkat yang melewatkan aliran informasi data dalam sebuah LAN. Penggabungan perangkat tersebut akan menciptakan infrastruktur LAN. Perangkat-perangkat tersebut adalah :
  • Repeater
  • Bridge
  • Hub
  • Switche
  • Router
Repeater/Penguat
Repeater, bekerja pada layer fisik jaringan, menguatkan sinyal dan mengirimkan dari satu repeater ke repeater lain. Repeater tidak merubah informasi yang ditransmisikan dan repeater tidak dapat memfilter informasi. Repeater hanya berfungsi membantu menguatkan sinyal yang melemah akibat jarak, sehingga sinyal dapat ditransmisikan ke jarak yang lebih jauh.
Hub
Hub menghubungkan semua komputer yang terhubung ke LAN. Hub adalah repeater dengan jumlah port banyak (multiport repeater). Hub tidak mampu menentukan tujuan; Hub hanya mentrasmisikan sinyal ke setiap line yang terkoneksi dengannya, menggunakan mode half-duplex.
Bridge
Bridge adalah “intelligent repeater”. Bridge menguatkan sinyal yang ditransmisikannya, tetapi tidak seperti repeater, Brigde mampu menentukan tujuan.
Switch
Switch menghubungkan semua komputer yang terhubung ke LAN, sama seperti hub. Perbedaannya adalah switch dapat beroperasi dengan mode full-duplex dan mampu mengalihkan jalur dan memfilter informasi ke dan dari tujuan yang spesifik.
Router
Router adalah peningkatan kemampuan dari bridge. Router mampu menunjukkan rute/jalur (route) dan memfilter informasi pada jaringan yang berbeda. Beberapa router mampu secara otomatis mendeteksi masalah dan mengalihkan jalur informasi dari area yang bermasalah.
(Cremping Kabel LAN Dengan Konektor RJ-45)
A. Tujuan.
Memahami dan dapat memasangkan kepala konektor RJ 45 ke kabel UTP 8 serat,
yang nantinya akan digunakan untuk membangun struktur jaringan yang
menghubungkan 2 komputer atau lebih.
B. Alat dan Bahan
a) Kabel UTP 8 serat (4 twisted pair)
b) Konektor RJ 45.
c) Tang Cremping
d) Gunting
e) LAN Tester
C. Landasan Teori
Jaringan komputer adalah sebuah sistem yang terdiri atas komputer dan perangkat
jaringan lainnya yang bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama.
Tujuan dari jaringan komputer adalah:
· Membagi sumber daya: contohnya berbagi pemakaian printer, CPU, memori,
harddisk
· Komunikasi: contohnya surat elektronik, instant messaging, chatting
· Akses informasi: contohnya web browsing
Agar dapat mencapai tujuan yang sama, setiap bagian dari jaringan komputer
meminta dan memberikan layanan (service). Pihak yang meminta layanan disebut
klien (client) dan yang memberikan layanan disebut pelayan (server). Arsitektur ini
disebut dengan sistem client-server, dan digunakan pada hampir seluruh aplikasi
jaringan komputer.
Sebagai salah satu media penghubung jaringan kita dapat menggunakan kabel. Pada
kenyataanya terdapat beberapa kabel yang digunakan untuk membangun jaringan
komputer. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Kabel Twisted Pair
Jenis kabel ini dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu Unshielded Twisted Pair(UTP)
dan Shielded Twisted Pair(STP).
b) Kabel Koaksial
Jenis kabel ini dibedakan juga mejadi 2 jenis, yaitu Thicknet dan Thinnet.
c) Kabel Fiber Optik.
Diantara berbagai jenis teknologi kabel tersebut yang paling popular digunakan pada
sistem jaringan LAN adalah jenis Unshielded Twisted Pair (UTP), sehingga pada
praktikum kali ini akan difokuskan pada teknologi kabel UTP ini.
Unshielded Twisted Pair (UTP)
UTP terdiri minimal dari sepasang kabel tembaga terisolasi dan dipilin, sesuai dengan
namanya Inshielded, tiap pasang kabel tersebut tidak memiliki pelindung. Di Amerika
Utara kabel UTP paling banyak digunakan untuk sistem jaringan telepon.
Label UTP terbagi menjadi lima kategori yaitu :
a) Kategori 1
Jenis Kategori ini yang biasa digunakan pada kabel telepon tradisional yang
mampu membawa sinya voice tetapi tidak dapat membawa sinyal data.
b) Kategori 2
Jenis ini merupakan kabel UTP yang dapat mentransfer data dengan kecepata
maksimal 4 Mbps. Terdiri dari 4 twisted pair ( 8 serat kabel yang terpilin).
c) Kategori 3
Jenis ini merupakan kabel UTP yang dapat mentransfer data dengan kecepatan
maksimal 10 Mbps. Terdiri dari 4 twisted pair ( 8 serat kabel yang terpilin).
d) Kategori 4
Jenis ini merupakan kabel UTP yang dapat mentransfer data dengan kecepatan
maksimal 16 Mbps. Terdiri dari 4 twisted pair ( 8 serat kabel yang terpilin).
e) Kategori 5
Jenis ini merupakan kabel UTP yang dapat mentransfer data dengan kecepatan
maksimal 100 Mbps. Terdiri dari 4 twisted pair ( 8 serat kabel yang terpilin).
Dari kelima kategori kabel UTP tersebut, UTP kategori 3 sampai 5 yang banyak
digunakan dalam sistem komputer. Sedangkan kategori 1 dan 2 banyak digunakan
untuk keperluan jaringan telepon. Untuk menghubungkan kabel ke PC atau HUB, kita
dapat menggunakan jack dan konektor RJ-45, sebuah konektor berisi 8pin.
Sedangkan untuk sistem jaringan kabel kategori 1 dan 2 menggunakan konektor jenis
RJ-11. Kabel UTP relative lebih murah. Tetapi jenis kabel ini memiliki kekurangan
yaitu CrossTalk , dimana sinyal-sinyal dari sebuah jalur dapat bercampur dengan jalur
lainya.
Proses pemasangan konektor RJ-45 ke kabel UTP 4 twisted pair sering disebut
sebagai proses cremping. Proses pemasanganya dapat menggunakan bantuan tang
creamping yang dijual dipasaran dengan harga bervariasi tergantung kualitasnya.
D. Analisa
Cremping adalah proses pemasangan konekstor RJ 45 ke kabel UTP 8 serat. Kabel
UTP berkonektor RJ 45 inilah yang nantinya akan digunakan untuk membangun
jaringan komputer bersama-sama dengan Ethernet Card, Hub, Switch dan devicedevice
jaringan lainnya. Proses Cremping dilakukan harus dengan menggunakan
bantuan tang cremping. Menurut cara penyambungannya, pembuatan kabel LAN
UTP ini dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
a) Penyambungan Secara Straight-through (langsung)
Adapun urutan warna kabel penyambungannya secara standard adalah sebagai
berikut :
Ujung Kabel
PH H PO B PB O PC C
PH H PO B PB O PC C
Ujung Kabel yang lain
Bentuk penyambungan seperti ini digunakan jika bermaksud menghubungkan
antara :
i) Port Ethernet Router dengan Port Ethernet yang ada di HUB.
ii) Port Ethernet Router dengan Port Ethernet yang ada di Switch
iii) Ethernet Card yang ada di PC dengan Port Ethernet yang ada di HUB
iv) . Ethernet Card yang ada di PC dengan Port Ethernet yang ada di Switch.
Prinsip kerja penyambungannya adalah sebagai berikut :
HUB / Switch Server / Router
Pin Label Label Pin
1 RD+ TD+ 1
2 RD- TD- 2
3 TD+ RD+ 3
4 NC NC 4
5 NC NC 5
6 TD- RD- 6
7 NC NC 7
8 NC NC 8
b) Penyambungan Secara Cross-Over
Adapun urutan warna kabel penyambungannya secara standard adalah sebagai
berikut :
Ujung Kabel
PH H PO B PB O PC C
PO O PH B PB H PC C
Ujung Kabel yang lain
Prinsip kerja penyambungannya adalah sebagai berikut :
HUB / Switch Server / Router
Pin Label Label Pin
1 RD+ TD+ 1
2 RD- TD- 2
3 TD+ RD+ 3
4 NC NC 4
5 NC NC 5
6 TD- RD- 6
7 NC NC 7
8 NC NC 8
Bentuk penyambungan seperti ini digunakan jika bermaksud menghubungkan
antara :
i) Switch dengan Switch
ii) HUB dengan Switch
iii) HUB dengan HUB.
iv) Router dengan Router.
v) PC dengan PC secara langsung.
Adapun Langkah-langkah dalam melakukan Cremping kabel UTP 8 serat dengan RJ
45 adalah sebagai berikut :
a) Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
b) Tentukan jenis penyambungan yang akan kita buat, apakah menggunakan
Straight-trough ataukah Cross-Over.
c) Potong ujung kabel UTP secara rata dengan menggunakan gunting ataupun tang
cremping.
d) Kelupas pelindung (shield) kabel UTP sepanjang kurang lebih 1.5 cm.
e) Susun serat kabel menurut urutan warna kabel sesuai aturan standard
penyambungan yang berlaku.
f) Potong kembali ujung kedelapan serat sehingga panjangnya benar-benar sama
dengan menggunakan gunting ataupun tang cremping.
g) Pasangkan konektor RJ 45 ke ujung kabel UTP yang telah kita siapkan tersebut
hingga benar-benar masuk dan ujung-ujung serat kabel berada di bawah tembagatembaga
penjepit.
h) Dengan bantuan tang cremping, kunci konektor RJ 45 ke kabel UTP yang telah
kita buat. Pastikan tembaga konektor penjepit bernar-benar masuk pada tiap-tiap
serat kabel.
i) Uji dengan menggunakan LAN Tester.
E. Kesimpulan
a) Proses pemasangan konektor RJ45 ke Kabel UTP 8 serat disebut proses
Cremping.
b) Proses Cremping harus menggunakan bantuan alat minimal tang Cremping.
c) Pembuatan kabel jaringan lewat proses cremping ini dapat kita test
keberhasilannya dengan menggunakan alat yang disebut LAN Tester. Prinsip
kerja LAN Tester adalah mengecek koneksi/ sambungan antar serat-serat kabel
UTP. Jika koneksi antar serat kabel yang bersangkutan berhasil maka indicator
LED pada LAN Tester akan menyala nomer sesuai penyambungan.
d) Pada prinsipnya penyambungan kabel jaringan dengan kabel UTP 8 serat
berkonektor RJ45 memiliki 2 cara yaitu Straight-trough dan Cross-Over.
e) Tingkat keberhasilan pembuatan kabel jaringan ini dipengaruhi antara lain :
kondisi kabel, kondisi konektor, ketepatan penusukan tembaga RJ45 ke serat
kabel UTP dan ketelitian dalam penentuan urutan kabel.

sumber informasi : http://erycendana.wordpress.com/teknik-pengkabelan-jaringan-komputer/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar